Menurut kepercayaan kuno, seorang wanita ditempatkan sebagai sosok
yang kotor atau najis. Sosok yang diciptakan oleh setan sehingga waita
adalah wakhluk yang harus dijauhi. Dalam banyak kisah dimasa jahiliah
dulu, tentu kita sering kali menemukan bagaimana sosok wanita
seolah-olah tidak berharga sama sekali. Setiap ada bayi perempuan yang
lahir maka dengan segera ia akan dibunuh atau dikubur hidup-hidup,
naudzubillah.
Padahal peran seorang wanita sangatlah luar
biasa. Bagimana tidak, bukankah dari rahim seorang perempuan akan
terlahir para pengukir peradaban itu??? Bukankah dari rahim perempuan
pula generasi penerus itu hadir di bumi??? Dan bukankah pada diri
perempuan pula (baca : ibu) surga itu berada???. Maka sungguh tidak
masuk akal jika perempuan ditempatkan pada posisi yang begitu rendahnya
sebagaimana zaman jahiliah dahulu.
Maka di sinilah Islam
berperan. Bagaimana Islam mengubah pola pandang yang sempit itu kepada
pola pandang yang luas, yang tidak lagi menempatkan kaum perempuan dalam
konteks kehinaan. Islam datang dengan membawa cahaya peradaban. Islam
pula yang kemudian memahamkan kita sampai hari ini akan berharganya
seorang perempuan. Allah menciptakan makhluk-Nya dengan
berpasang-pasangan, ke duanya saling melengkapi. Dan beginilah Islam
kemudian menemptakan perempuan pada posisi yag begitu dimuliakan.
Allah Swt berfirman : "Dan
diantara tada-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya, dan dijadikan diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berpikir" (Qs. Ar-Ruum : 21)
Teringat
kisah pada masa Rasulullah dahulu, dimana kala itu pernah terjadi
dikalangan para sahabat satu keadaan dimana beberapa sahabat
mengasingkan diri dari hiruk-pikuk kehidupan dunia. Kebanyakan diantara
mereka memilih untuk sepenuhnya mengabdi kepada Allah dengan shaum
sepanjang hari, menghabiskan malam untuk beribadah kepada Allah dan
mengabaikan wanita. Melihat kondisi ini Rasulullah pun kemudian bersabda
: "Mengapa kalian melakukan hal seperti itu? Demi Allah, aku adalah
orang yang paling takut kepada Allah, orang yang paling bertaqwa,
tetapi saat aku shaum aku berbuka, setelah bangun malam menyembah Allah
akupun tidur, dan aku menikah. Barang siapa yang tidak mengikuti
sunnahku, maka dia bukan termasuk ummatku" (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika
kita merujuk kepada firman Allah dan sabda Rasulullah di atas, nampak
bahwa Islam memposisikan seorang perempuan, dalam hal ini seorang Istri
sebagai harta yang paling berharga. Harta yang berharga dalam konteks
ini adalah sosok istri yang salehah. Istri yang salehah adalah harta
yang paling berharga bagi seorang suami dalam kehidupannya setelah iman
kepada Allah dan menjalankan perintah-Nya. Dalam sebuah hadits
Rasulullah menyatakan : "Maukah engkau aku beritahu harta apa yang
paling berharga bagi suami? Dia adalah istri yang salehah. Jika suami
memandang istrinya, dia menyenangkan; jika suami memberi perintah, dia
menuruti; dan jika suami jauh darinya, dia menjaga kehormatan suaminya"
(HR. Abu Dawud)
"Dunia adalah perhiasa dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita salehah" (HR. Muslim)
Begitulah
Islam memuliakan seorang perempuan. Islam mengagkat derajat seorang
wanita sebagai seorang istri dengan memperhitungkan tugas rumah
tangganya sebagi jihad. At-Tabrany meriwayatkan hadits dari Ibnu
Abbas, "Seorang wanita datang kepada Rasulullah Saw lalu berkata, "Wahai
Rasulullah, aku adalah wanita yang datang kepadamu. Tidak ada seorang
wanita diantara mereka yang mengetahui masalah itu, tak ada seorang pun
yang menginginkan aku datang kepadamu". Kemudian wanita itu
mengungkapkan permasalahannya dan berkata, "Allah adalah Tuhan bagi pria
dan wanita, dan engkau adalah Rasulullah bagi pria dan wanita. Berjuang
dijalan Allah (jihad) diperintahkan kepada laki-laki; jika berhasil
(dalam peperangan) mereka memperoleh haknya. Dan jika mereka meninggal,
mereka tetap hidup (di akhirat) dan mereka dipelihara oleh Allah. Jadi
amal apa yang pahalanya sama bagi kami untuk menaati Allah?". Rasul
menjawab, "Taatilah suamimu dan penuhi kewajibamu. Hanya sedikit
diantaramu yang melakukannya".
Islam sudah mengatur
hak-hak seorang istri yang harus dipenuhi oleh suaminya. Seorang istri
bukanlah "boneka" bagi suaminya. Sebaliknya Islam menempatkan seorang
istri lebih dari seorang pelindung dan pengawas :Pertama, Islam memberi
wanita keyakinan sebagai seorang muslim, kedua, Islam memberi wanita
hati nurani untuk membangun masyarakat, ketiga, Islam menetapkan hukum
tentang wanita dan komitmen terhadapnya, artian sebegai berikut :
Hak
wanita yang pertama adalah mas kawin (mahar). Islam mewajibkan
laki-laki memberikan mas kawin kepada wanita (calon istrinya) sebagai
tanda cinta dan keseriusan. Allah Swt berfirman : "Berikanlah mas
kawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan
penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian
dari mas kawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah)
pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya" (Qs.
An-Nisaa : 4)
Ungkapan "dengan penuh kerelaan"
menegaskan mas kawin adalah hadiah dan bukan harga atas kesenangan yang
suami dapatkan dari istri, sebagaimana sebagian orang menuntut mas kawin
yang banyak atau mahal. Terkadanga wanita harus membayar harga yang
tidak sebanding dengan apa yang harus ia kerjakan.
Hak
wanita yang ke dua adalah nafkah. Suami harus menyediakan makanan,
pakaian, tempat tinggal dan perawatan kesehatan bagi istrinya sesuai
lingkungan, kondisi, dan penghasilan suami. Rasul Saw bersabda
menyangkut hak wanita, "Engkau wajib memberikan makanan dan pakaian dengan baik" (HR. Abu Dawud). Konteks "dengan baik" di sini adalah sesuai dengan adat yang berlaku, tidak berlebihan dan tidak pula kekurangan.
Hak
wanita yang ke tiga adalah perlakuan yang baik sebagaimana firman Allah
dalam Qs. An-Nisaa : 19. Selain hak-hak seorang istri yang dipaparkan
secara umum di atas, seorang istri pun wajib menaati suami. Akan tetapi
konteks taat di sini adalah dalam hal kebaikan bukan dalam hal
kemaksiatan kepada Allah. Seorang istri wajib mengatur uang keluarga,
tidak menghabiskannya atau membelanjakannya kecuali dengan izin suami.
Seorang istri tidak boleh menerima orang lain memasuki rumahnya tanpa
seizin suami, meskipun orang itu adalah kerabat dekat.
Kewajiban-kewajiban
itu pada hakikatnya tidaklah memberatkan bagi seorang istri jika
dibandingkan dengan hak-hak istri yang sudah diatur dengan sedemikian
sempurnanya oleh Allah dalam Islam. Semua aturan itu sudah Allah atur
dengan adil sebagaimana firman Allah dalam Qs. Al-Baqarah : 228.
Dengan
uraian singkat di atas semoga ada banyak ilmu yang kemudian kita
dapatkan dan kita terapkan jika masa beramanah menjadi seorang istri itu
tiba. Semoga senantiasa ada manfaat yang dapat dipetik sari setiap
apa-apa yang kita baca dan kita tuliskan. Wallahualambishawab.
0 komentar:
Post a Comment