Dikisahkan tentang seseorang yang ingin
bertobat, padahal ia sudah membunuh 99 kali dan belum pernah melakukan kebaikan.
Ketika bertanya kepada seorang rahib tentang peluang tobatnya, sang rahib
mengatakan tidak ada lagi peluang untuk tobat, maka kemudian dibunuhlah rahib
itu dan genaplah 100 nyawa yang melayang melalui tangannya. Lalu, dia
mendatangi seorang alim, kemudian orang alim itu memberikan kabar gembira bahwa
Allah akan menerima tobat hamba yang bersungguh-sungguh. Hingga akhirnya, orang
alim itu menyuruh laki-laki tersebut untuk meninggalkan kampung halaman dan
lingkungan pergaulannya yang dahulu, lalu berhijrah menuju perkampungan
orang-orang saleh.
Tetapi, Allah berkehendak lain. Di
tengah-tengah perjalanan malaikat maut mencabut nyawanya. Akhirnya malaikat
rahmat dan malaikat azab saling berebut tentang urusan laki-laki tersebut.
Kemudian, malaikat rahmat diperkenankan membawanya. Karena, setelah diukur,
ternyata jasad laki-laki itu lebih dekat jaraknya dengan perkampungan
orang-orang yang saleh
dibanding dengan lingkungannya yang dulu.
Apa makna yang dapat kita ambil dari kisah
diatas ? Kisah di atas hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi kita bahwa
lingkungan yang baik dan bergaul dengan orang-orang positif, berakhlak mulia
dan saleh sangat mutlak kita butuhkan untuk menjaga eksistensi kualitas
kehidupan dan keimanan kita.
Ketika manusia hidup menjadi bagian dari
koloni yang sangat besar di dunia ini, pasti akan dihadapkan pada beragam
hubungan dengan sesama kehidupan lainnya. Kemanapun kaki melangkah, pasti sudah
menunggu hubungan dengan manusia lainnya. Bahkan seberapapun kerasnya Anda berusaha
untuk mengasingkan diri misalnya, pasti akan berhubungan dengan orang lain.
Setiap individu pasti berhubungan dengan
berbagai ragam manusia, mulai dari bentuk rupa, warna kulit dan lidah yang
berbeda-beda. Perbedaan dan keragaman manusia tidak terbatas pada hal-hal
tersebut, tetapi juga karakter dan budayanya. Bahkan perbedaan dalam tingkatan
kehidupan, dari mulai yang elit sampai yang alit, dari mulai jendral sampai
kopral, dari yang kelas atas sampai kelas bawah, dari orang sukses sampai orang
gagal, demikianlah biasanya kita menyebutnya. Semuanya lengkap dengan
pemikiran, budaya, dan tradisi masing-masing.
Perbedaan dan kebergaman ini seringkali
menjadikan terasa sangat sulit untuk mencari pergaulan yang baik, lingkungan
yang sejuk, dan tempat yang aman dan damai. Padahal, lingkungan hidup mempunyai
pengaruh yang sangat besar dalam membentuk kepribadian seseorang. Persaingan
kehidupan yang semakin ketat, gemerlapnya kehidupan dunia, pengaruh lingkungan
kehidupan, juga banyak menjadikan manusia keliru dalam memilih lingkungan
persahatan dan pergaulannya. Padahal, keliru dalam hal ini bisa berakibat
fatal.
Salah satu contoh misalnya, sebagian orang ada
yang membatasi pergaulannya hanya dengan orang-orang tertentu yang dianggap
selevel dengan mereka, atau memilih orang-orang tertentu yang cocok untuk
mereka. Sayangnya, seringnya pertimbangan mereka dalam menentukan siapa yang
cocok untuk persahabatan dan pergaulan adalah keliru. Yakni biasanya,
pertimbangan mereka itu hanya berdasarkan kepentingan dan kesenangan dunia.
Hanya berdarkan orientasi keuntungan dunia semata, yang notabene seringkali
sangat dipengaruhi oleh nafsu dan ego pribadi.
Memilih Hubungan Sejati
Lantas bagaimana memilih persahabatan yang
benar ? Bagaimana memilih hubungan yang baik, ditengah banyaknya kepentingan
dan ego pribadi ? Apa saja yang menjadi pertimbangan dalam memilih
hubungan yang baik ?
Berikut ini berapa tips, yang dapat menjadi
pertimbangan bagi kita dalam mengembangkan persahabatan dan pergaulan yang
baik, yakni:
1. Perbedaan Adalah Hikmah.
Setiap individu dari manusia haruslah
menyadari dirinya, menyadari posisinya dan peka terhadap apa yang ada di
sekelilingnya, sehingga dia tampil sebagai sosok yang professional dan
proporsional, dan mampu mengambil langkah yang tepat dalam menjalani
kehidupannya. Sesungguhnya banyak sekali Hikmah dari adanya berbagai perbedaan
manusia, di antaranya adalah agar manusia mengetahui sebagian tanda-tanda
kebesaran Allah. Dengan kata lain, perbedaan tersebut tidak perlu menjadi
penghalang dalam membina hubungan dengan orang lain.
2. Mengedepankan nilai-nilai kebaikan.
Ibnu Katsir mengatakan mengenai persahabatan,
"Janganlah mengikuti orang yang mengabaikan agama dan ibadah karena sibuk
dengan urusan dunia. Sedang amal dan perbuatannya sebagai bentuk kebodohan,
tindakan melampaui batas, dan sia-sia. Dan janganlah kamu taat kepadanya,
jangan menyukai jalannya, dan jangan iri dengan keadaannya." Hal ini
menganjurkan kita untuk duduk bergaul dengan orang-orang yang memiliki semangat
positif, berakhlak mulia, mengedepankan nilai-nilai spiritual, agama dan
ibadah, tanpa pandang bulu, baik itu dari kalangan atas, kalangan menengah,
ataupun arus bawah yang miskin, yang kedudukannya tidak dihiraukan oleh
masyarakat sekalipun.
Orang yang mengedepankan nilai-nilai spiritual
sesuai suara hatinya, pada umumnya adalah orang-orang yang baik. Maka dari itu,
hendaknya kita hanya membatasi pergaulannya dengan orang-orang yang baik, siapa
pun dia. Jika kita bergaul dengan orang-orang yang baik, banyak sekali manfaat
dan faedah yang didapatkan.
3. Kemuliaan Akhlak Adalah Yang Utama
Banyak orang, hanya karena mengejar kesenangan
di dunia, mereka rela mengorbankan kesenangan yang hakiki, yaitu ketika mereka
salah dalam memilih teman dan lingkungan pergaulan. Kebanyakan manusia lebih
memilih teman yang bisa diajak bersenang-senang, hura-hura, dan menyia-nyiakan
usia mereka, ketimbang bergaul dengan orang yang berpikiran positif, memiliki
kekayaan emosional dan spiritual, perilaku baik dan orang-orang yang takut
kepada Allah. Karena, memang orang yang berpikiran positif, orang-orang saleh,
orang-orang berakhlak mulia, di mata masyarakat umum kurang disenangi, atau
bahkan dianggap asing. Pandangan ini timbul karena masyarakat sudah mengalami krisis
multidimensi, dan terutama adalah dekadensi moral yang sangat parah. Sehingga,
orang yang seharusnya dijadikan teman justru dijauhi.
Padahal, syarat untuk meraih kesuksesan dan
kebahagiaan hakiki adalah selalu memiliki sikap positif, mengedepankan nilai-nilai
kebaikan dan kebenaran, mempertahankan keimanan dan memiliki motivasi yang
tinggi dalam kehidupan. Dengan selalu bergaul dengan orang-orang yang bersikap
positif, memiliki motivasi untuk berprestasi, memiliki akhklak mulia,
akan mendorong kita untuk memiliki kualitas kehidupan yang baik.
Disinilah pentingnya setiap individu pandai
dalam memilih teman dan lingkungan. Kita harus selektif, yaitu memilih
orang-orang yang berpikiran positif, memiliki motivasi berprestasi dan
memebrikan manfaat bagi kehidupan, mengedepankan nilai-nilai spiritual seperti
kejujuran, kebersamaan, kasih saying, kebaikan, keadilan, dll. Memiliki
motivasi tinggi dalam meraih prestasi kehidupan. Mereka yang dapat menjaga
keseimbangan dalam kehidupan dunia tanpa mengabaikan nilai-nilai spiritual dan
keimanan. Mereka itulah yang hendaknya kita jadikan teman sejati. Agar efek
samping yang kita dapatkan adalah kebaikan, kesuksesan dan kebahagiaan sejati.
Jangan sampai kita memilih teman dan lingkungan yang tidak baik, karena lambat
laun dikhawatirkan kita akan tertular atau paling tidak ikut terkena getahnya.
Ada pepatah Arab yang mengatakan, "Akhlak yang buruk itu akan
menular."
"Sesungguhnya,
perumpamaan teman duduk yang baik dengan teman duduk yang jahat adalah bagaikan
penjual (pembawa) minyak wangi dan tukang (peniup) pandai besi. Penjual minyak
wangi, mungkin akan memberimu, atau engkau bisa membeli darinya, atau paling
tidak engkau akan mendapat aroma yang enak. Sedangkan tukang pandai besi, kalau
tidak membakar bajumu, paling tidak engkau akan mendapatkan bau busuk (tak
sedap) darinya."
- Al-Hadits -.
0 komentar:
Post a Comment